Pada tahun 2020, di tengah ketegangan politik yang meningkat di Amerika Serikat, mantan Presiden Donald Trump mengambil langkah yang kontroversial terhadap lembaga penyiaran pemerintah, Voice of America (VOA). Langkah ini dipandang sebagai bagian dari upaya lebih luas untuk mengendalikan narasi informasi dan media di tingkat nasional dan internasional.
Voice of America, yang didirikan pada tahun 1942, merupakan lembaga penyiaran internasional yang menyediakan informasi berita dan program-program di berbagai bahasa untuk audiens global, dengan tujuan menyebarkan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berekspresi. Namun, selama masa kepresidenan Trump, lembaga ini mengalami tekanan secara internal dan eksternal.
Dalam perintah yang dikeluarkan oleh Trump, sekitar 1.300 pegawai VOA diminta untuk mengambil cuti tanpa bayaran sebagai bagian dari langkah penghematan anggaran pemerintah. Keputusan ini memicu kekhawatiran besar di kalangan pegawai dan pengamat media mengenai dampak yang akan ditimbulkan pada operasi VOA, terutama dalam penyampaian berita yang akurat dan tidak bias.
Kritik terhadap langkah ini muncul dari berbagai pihak. Banyak yang berpendapat bahwa pengurangan jumlah pegawai akan melemahkan kemampuan VOA untuk memberikan informasi yang kredibel kepada audiens global, terutama di negara-negara di mana kebebasan pers terbatas. Selain itu, beberapa pihak menilai tindakan ini sebagai usaha untuk mengekang suara oposisi dan mengontrol arus informasi yang tidak sejalan dengan agenda pemerintahan Trump.
Dalam konteks yang lebih luas, langkah ini mencerminkan ketegangan yang lebih besar antara pemerintahan Trump dan lembaga-lembaga media. Trump sendiri sering kali mengecam media, menyebut mereka sebagai “musuh rakyat”, dan mengklaim bahwa banyak laporan berita tidak akurat. Tindakan pengurangan pegawai di VOA dianggap sebagai salah satu manifestasi dari kebijakan tersebut.
Meski setelah kepresidenan Trump berakhir, dampak dari kebijakan tersebut masih terasa di VOA. Banyak yang berharap bahwa lembaga ini dapat pulih dan kembali berfungsi sebagai penyanyi yang kuat untuk kebebasan informasi dan demokrasi di seluruh dunia. Namun, tantangan untuk memulihkan kepercayaan dan integritas VOA terus berlanjut, dan lembaga tersebut perlu beradaptasi dengan realitas media yang terus berubah serta tekanan politik yang mungkin masih ada di masa depan.
Kalangan pengamat berharap bahwa di bawah kepemimpinan baru, Voice of America bisa menemukan kembali fokusnya dalam menyediakan berita yang adil dan berimbang, serta memperkuat perannya sebagai sumber informasi terpercaya di mata dunia.