MindTheDrift - Pemerintahan Raja Thutmose II berada di bawah bayang-bayang istrinya—yang sekaligus saudara tirinya—dan kemudian putranya, Thutmose II.
Thutmose II adalah raja keempat dari Dinasti ke-18 Mesir, yang hidup sekitar 1.500 tahun sebelum Masehi.
Pekan lalu, dilaporkan bahwa makamnya ditemukan di Lembah Barat Nekropolis Theban, yang terletak di dekat Kota Luxor.
Tempat itu adalah makam kerajaan dari dinasti ke-18 Mesir yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Penemuan makam Thutmose II menjadi yang pertama sejak makam Tutankhamun ditemukan lebih dari 100 tahun yang lalu.
Thutmose II adalah kakek buyut dari kakek buyut Tutankhamun.
Thutmose II adalah putra Thutmose I dari Mutnofret, yang berlatar “raja kelas dua”, yang bukan berasal dari lingkaran inti kelompok istri kerajaan.
Thutmose I diketahui juga memiliki istri dari lingkaran inti kelompok istri kerajaan, yakni Ahmose.
Dari Ahmose, Tuthmose I memiliki putri bernama Hatshepsut.
Untuk melindungi garis keturunannya, Thutmose I memerintahkan kedua anaknya ini menikah.
Perintah ini didasari agar ketika Thutmose I meninggal, suksesi kekuasaan tak menimbulkan pertentangan.
Sejarawan meyakini bahwa Thutmose II hidup hingga usia sekitar 30 tahun.
Meski begitu, belum jelas berapa lama pemerintahannya berlangsung.
Sebagian pihak meyakini pemerintahannya berlangsung singkat, sekitar tiga atau empat tahun.
Namun ada juga yang berpendapat bahwa pemerintahannya mungkin berlangsung selama 14 atau bahkan 18 tahun.
Riwayat kekuasaannya belum banyak terdokumentasi.
Namun ia dikenal karena memimpin operasi militer yang berakhir sukses di Nubia, Mesir selatan, dan di Levant, yang saat ini mencakup wilayah Palestina, Israel, dan Suriah.
Untuk melindungi garis keturunannya, Thutmose I memerintahkan kedua anaknya ini menikah.
Perintah ini didasari agar ketika Thutmose I meninggal, suksesi kekuasaan tak menimbulkan pertentangan.
Sejarawan meyakini bahwa Thutmose II hidup hingga usia sekitar 30 tahun.
Meski begitu, belum jelas berapa lama pemerintahannya berlangsung.
Sebagian pihak meyakini pemerintahannya berlangsung singkat, sekitar tiga atau empat tahun.
Namun ada juga yang berpendapat bahwa pemerintahannya mungkin berlangsung selama 14 atau bahkan 18 tahun.
Riwayat kekuasaannya belum banyak terdokumentasi.
Namun ia dikenal karena memimpin operasi militer yang berakhir sukses di Nubia, Mesir selatan, dan di Levant, yang saat ini mencakup wilayah Palestina, Israel, dan Suriah.
Itulah sebabnya jabatan tersebut diambil alih oleh Hatshepsut, ratu yang telah menjanda, yang pada usia lebih dari 20 tahun kelak mengemban tugas di Kerajaan Mesir Baru.
Hatshepsut, yang kala itu memiliki dua orang putri, Neferura dan Neferubity, bertugas menjaga takhta anak tirinya hingga pemuda itu dapat mengambil alih tugas firaun.
Namun, beberapa tahun kemudian dan karena alasan yang tidak diketahui, Hatshepsut menjadi seorang firaun.
Kala itu posisi seorang firaun lebih diutamakan laki-laki. Meski begitu, tidak ada aturan yang melarang seorang perempuan menduduki jabatan tersebut.
Hal ini terjadi utamanya ketika seorang ibu melindungi tahta putranya atau ketika sang suami pergi berperang.
Perbedaan dalam kasus ini adalah bahwa Hatshepsut mengambil alih kekuasaan untuk dirinya sendiri, bukan atas nama Thutmose III.