Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair telah ditunjuk sebagai anggota Dewan Pengawas Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Penunjukan ini diumumkan Presiden Prabowo Subianto pada 24 Februari 2025 di Istana Negara. Penempatan Tony Blair itu pun menjadi sorotan luas karena tokoh asing yang menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris dari 1997 hingga 2007 itu dikenal sebagai salah satu pemimpin dunia yang paling setia mendukung Israel. Kebijakan luar negerinya, hubungan dekatnya dengan lobi pro-Israel, serta peran aktifnya dalam konflik Timur Tengah menunjukkan dia adalah seorang Zionis sejati. Berikut ini analisa lebih dalam bagaimana Blair menunjukkan keberpihakannya kepada Israel, baik selama masa jabatannya maupun setelah dia meninggalkan posisi sebagai Perdana Menteri. 1. Dukungan Kuat terhadap Israel Selama Menjabat sebagai Perdana Menteri Blair secara konsisten menunjukkan dukungannya terhadap Israel dalam berbagai peristiwa internasional. Beberapa kebijakan dan pernyataannya mencerminkan keberpihakannya yang jelas:
Konflik Israel-Palestina Blair menolak mengutuk agresi militer Israel terhadap Palestina. Pada tahun 2001, setelah Intifada Kedua dimulai, Blair lebih banyak berbicara tentang hak Israel untuk membela diri daripada mengkritik tindakan represif rezim apartheid Zionis terhadap rakyat Palestina. Blair mengabaikan seruan dari banyak negara dan organisasi internasional untuk menekan Israel agar menghentikan pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki.
Perang Lebanon 2006 Ketika Israel menyerang Lebanon pada tahun 2006, Blair menolak mendukung seruan gencatan senjata yang diajukan komunitas internasional. Dia membela tindakan Israel dengan dalih “hak untuk mempertahankan diri” meskipun serangan tersebut mengakibatkan ribuan warga sipil Lebanon tewas. Hubungan Erat dengan Pemerintah Israel Blair beberapa kali bertemu dengan para pemimpin Israel seperti Ehud Barak dan Ariel Sharon untuk mempererat hubungan diplomatik dan militer. Pemerintahannya mendukung berbagai kerja sama ekonomi dan teknologi dengan Israel. 2. Hubungan Dekat dengan Lobi Zionis Blair memiliki hubungan erat dengan berbagai organisasi Zionis dan lobi pro-Israel, yang berpengaruh dalam kebijakan luar negeri Inggris: Labour Friends of Israel (LFI) Blair merupakan salah satu pendukung kuat LFI, kelompok dalam Partai Buruh yang secara aktif mempromosikan kepentingan Israel. LFI memiliki pengaruh besar dalam menentukan kebijakan luar negeri Partai Buruh terkait Israel.
Hubungan dengan Organisasi Zionis Internasional Blair memiliki hubungan sangat baik dengan berbagai organisasi Yahudi dan Zionis di Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Dia menerima dana politik dari donor pro-Israel yang berkontribusi dalam kampanye Partai Buruh. 3. Peran dalam Invasi Irak 2003: Demi Kepentingan Israel? Salah satu kebijakan luar negeri paling kontroversial Blair adalah keputusannya mendukung invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003. Ada beberapa alasan mengapa keputusan ini dikaitkan dengan kepentingan Israel: Melemahkan Negara-Negara Arab yang Anti-Israel Irak di bawah kepemimpinan Saddam Hussein adalah salah satu musuh utama Israel di Timur Tengah. Invasi Irak melemahkan kekuatan militer dan ekonomi negara tersebut, yang secara tidak langsung menguntungkan Israel. Dukungan dari Lobi Zionis Banyak analis politik menyebut tekanan dari lobi pro-Israel di AS dan Inggris memainkan peran besar dalam mendorong invasi. Blair bekerja sama erat dengan pemerintahan Presiden AS saat itu, George W. Bush, yang juga memiliki hubungan kuat dengan kelompok-kelompok Zionis di AS