Mindthedrift – Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) melaporkan bahwa lebih dari 1,1 juta warga sipil Suriah, terutama wanita dan anak-anak, telah mengungsi sejak 27 November 2024.
Menurut pernyataan tersebut, hampir 640.000 orang mengungsi dari provinsi Aleppo, 334.000 dari provinsi Idlib, dan 136.000 dari provinsi Hama.
OCHA menyoroti bahwa di Suriah timur laut, lebih dari 40.000 warga sipil yang mengungsi saat ini berlindung di sekitar 200 pusat sementara. Di beberapa daerah, warga sipil menghadapi pembatasan pergerakan karena pos pemeriksaan, sementara insiden penjarahan terus terjadi.
Di provinsi Aleppo utara, pemadaman listrik telah mengganggu akses ke pasokan air dan layanan penting lainnya bagi lebih dari 400.000 orang. Kekurangan pangan masih parah, dengan toko roti tutup karena kekurangan tepung. Persediaan sayur terbatas, pemadaman listrik berkepanjangan terjadi di beberapa komunitas, dan harga bahan bakar tetap tinggi, memperburuk krisis.
Di Damaskus, ibu kota negara tersebut, situasinya penuh dengan ketidakpastian, yang menyebabkan depresiasi mata uang, melonjaknya harga pangan, dan runtuhnya sistem transportasi.
Dalam perkembangan yang dramatis, pemberontak Suriah menguasai Damaskus hampir tanpa perlawanan pada hari Minggu setelah serangan cepat yang memaksa Presiden Bashar al-Assad melarikan diri ke Rusia.