MindNews – Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) menggelar voting untuk draf resolusi gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina. Namun lagi-lagi, Amerika Serikat (AS) mementahkan upaya tersebut dengan penggunaan hak vetonya.
Dilansir AFP pada Rabu (20/11), sikap AS ini sudah diprediksi dari awal sebelum voting dimulai.
Draf resolusi terbaru itu, menurut laporan AFP, menuntut “gencatan senjata segera, tanpa syarat dan permanen” dalam perang antara Israel dan Hamas. Draf terbaru itu juga menuntut “pembebasan semua sandera dengan segera dan tanpa syarat”
AS, secara terpisah, memberikan tanggapan diplomatis atas draf resolusi terbaru itu. “Bagi kami, ini harus menjadi hubungan antara gencatan senjata dan pembebasan sandera,” ujar Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, dalam pernyataan sebelum voting digelar.
“Itu sudah menjadi prinsip kami sejak awal dan masih tetap ada,” imbuhnya.
AS main veto lagi
AS memang kerap main veto. AS pernah tidak menggunakan hak vetonya dalam proses seperti ini pada Desember 2016, zaman Presiden Barack Obama. Saat itu AS mendukung resolusi yang menyerukan penghentian pembangunan permukiman Israel di wilayah Palestina. Itu menjadi yang pertama sejak 1979.
Pada saat itu, AS tidak menggunakan hak vetonya, yang menjadi terobosan baru dari dukungan tradisional Washington terhadap Israel dalam isu sensitif mengenai permukiman Yahudi di wilayah Palestina. Tapi itu 2016, sudah cukup lama.
Dilansir AFP, Kamis (21/11/2014), resolusi itu menuntut gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen dalam perang Israel versus Hamas, serta pembebasan semua sandera tanpa syarat. AS khawatir gencatan senjata itu akan menambah keberanian Hamas.
Israel tentu saja bersikap apresiatif atas sika politik AS itu. Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan resolusi tersebut “bukanlah jalan menuju perdamaian, melainkan peta jalan menuju lebih banyak teror, lebih banyak penderitaan dan lebih banyak pertumpahan darah”.
“Banyak dari Anda yang berusaha untuk mengabaikan ketidakadilan ini. Kami berterima kasih kepada Amerika Serikat karena telah menggunakan hak vetonya,” kata Danon.
Dewan yang beranggotakan 15 negara itu melakukan pemungutan suara pada Rabu (20/11) waktu setempat atas resolusi yang diajukan oleh 10 anggota tidak tetapnya, yang menyerukan “gencatan senjata segera, tanpa syarat, dan permanen” dan secara terpisah menuntut pembebasan sandera.
Hanya AS yang memberikan suara menentang, menggunakan hak vetonya sebagai anggota tetap DK PBB untuk memblokir resolusi tersebut.
Seorang pejabat senior AS, yang memberi keterangan kepada wartawan dengan syarat anonimitas sebelum pemungutan suara, mengatakan AS hanya akan mendukung resolusi yang secara eksplisit menyerukan pembebasan sandera segera sebagai bagian dari gencatan senjata.
“Seperti yang telah kami nyatakan berkali-kali sebelumnya, kami tidak dapat mendukung gencatan senjata tanpa syarat yang tidak menyerukan pembebasan sandera segera,” kata pejabat AS itu dilansir Reuters dan Al Arabiya, Kamis (21/11/2024).
Kata Hamas
Kelompok milisi Palestina itu mengutuk Washington sebagai “mitra dalam agresi terhadap rakyat kami.”
“Itu adalah tindakan kriminal, membunuh anak-anak dan wanita, serta menghancurkan kehidupan warga sipil di Gaza,” kata Hamas, dilansir kantor berita AFP, Kamis (21/11/2024).