Pada pagi hari ini, harga minyak mentah kembali menunjukkan tren penurunan, dengan minyak West Texas Intermediate (WTI) jatuh di bawah level US$ 60 per barel. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap permintaan global yang terus melemah, ditambah dengan meningkatnya pasokan dari negara-negara penghasil minyak.
Data terbaru menunjukkan bahwa stok minyak mentah di Amerika Serikat mengalami peningkatan, yang menambah tekanan pada harga. Menurut laporan dari Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah AS naik lebih tinggi dari yang diperkirakan, menciptakan kekhawatiran bahwa permintaan tidak dapat mengejar laju produksi yang ada.
Selain itu, ketidakpastian ekonomi global, termasuk dampak dari kebijakan moneter yang ketat di berbagai negara, juga berkontribusi pada penurunan harga minyak. Investor khawatir bahwa perlambatan ekonomi dapat mengurangi permintaan energi, terutama di negara-negara besar seperti China dan Eropa.
Di sisi lain, OPEC+ telah berusaha untuk menstabilkan pasar dengan melakukan pemotongan produksi, namun langkah tersebut tampaknya belum cukup untuk mengimbangi oversupply yang terjadi. Meskipun ada upaya untuk mengurangi produksi, pasar tetap menghadapi tantangan dari faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi permintaan.
Pada perdagangan pagi ini, WTI diperdagangkan di kisaran US$ 59,50 per barel, sementara Brent Crude juga mengalami penurunan, berada di bawah US$ 65 per barel. Para analis memperkirakan bahwa jika tren ini berlanjut, harga minyak dapat terus tertekan dalam beberapa minggu ke depan.
Investor dan pelaku pasar diharapkan untuk terus memantau perkembangan ekonomi global dan kebijakan energi yang diambil oleh negara-negara penghasil minyak, karena hal ini akan sangat mempengaruhi arah pergerakan harga minyak ke depannya.