Pada tanggal 12 Maret 2025, mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, ditangkap atas surat perintah dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan selama kampanye anti-narkobanya yang kontroversial. Setelah penangkapan, Duterte diterbangkan ke Den Haag untuk menghadapi tuntutan tersebut.
Selama proses ekstradisi ini, Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, terbang ke Amsterdam. Meskipun tujuan pastinya tidak diumumkan secara resmi, spekulasi berkembang bahwa ia mungkin berencana menemui ayahnya, Rodrigo Duterte, selama proses hukum di ICC. Namun, rincian lebih lanjut mengenai kunjungan tersebut belum diumumkan secara resmi.
Perkembangan ini menambah ketegangan politik di Filipina, mengingat hubungan kompleks antara Sara Duterte dan Presiden Ferdinand Marcos Jr. Sara Duterte sebelumnya dimakzulkan oleh parlemen atas tuduhan penyalahgunaan dana publik dan ancaman terhadap presiden. Meskipun demikian, ia menolak mundur dan siap menghadapi proses hukum terkait pemakzulannya. cite
Saat ini, mantan Presiden Duterte berada di bawah yurisdiksi ICC, yang memiliki kewenangan atas kejahatan yang terjadi saat Filipina masih menjadi anggotanya. Proses hukum selanjutnya akan menentukan langkah berikutnya dalam kasus ini.