Jumlah korban jiwa akibat gempa bumi 7,3 magnitudo yang melanda negara kepulauan Pasifik, Vanuatu, bertambah menjadi 14 orang, kata Kepala Kantor Federasi Internasional Palang Merah Pasifik Katie Greenwood pada Selasa (17/12/2024).
“Pemerintah Vanuatu melaporkan bahwa 14 orang dipastikan meninggal dan 200 orang lainnya dirawat di rumah sakit utama di Port Vila akibat cedera,” tulis Greenwood di X.
Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) sebelumnya pada hari itu mengatakan bahwa gempa kuat tersebut terjadi di wilayah yang berjarak kurang dari 20 mil (32.19 kilometer) sebelah barat Ibu Kota Vanuatu, Port Vila, yang berpenduduk 36.000 jiwa.
Terkait peristiwa tersebut, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mengeluarkan peringatan tsunami, yang kemudian dibatalkan.
Upaya penyelamatan untuk mengevakuasi orang-orang yang terjebak di reruntuhan bangunan dan puing-puing terus dilakukan sepanjang malam, lapor radio RNZ Selandia Baru.
Perdana Menteri Vanuatu Charlot Salwai mengatakan status darurat dan jam malam telah diberlakukan di daerah-daerah yang paling terdampak.
WNI di Vanuatu
Sementara, Kementerian Luar Negeri RI melalui KBRI Canberra masih terus mencoba menghubungi warga negara Indonesia (WNI), diaspora, maupun kolega yang ada di negara tersebut pasca-gempa bumi.
“KBRI juga terus mencoba menghubungi pejabat dan contact point di Vanuatu. Namun, kontak-kontak tersebut belum dapat dihubungi,” kata Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri RI Hartyo Harkomoyo, Selasa, dilansir Antara.
Hartyo menyampaikan bahwa berdasarkan informasi dari otoritas Vanuatu yang berada di Sydney, jaringan telekomunikasi di ibu kota Vanuatu, Port Vila, lumpuh hingga saat ini.
Tercatat sebanyak 48 WNI berada di Vanuatu yang terdiri dari 47 orang anak buah kapal (ABK) dan 1 orang WNI yang menikah dengan WNA.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa bumi berkekuatan 7,3 magnitudo dan menimbulkan tsunami di Vanuatu, tidak berdampak apapun ke wilayah Indonesia.
Direktur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa, mengatakan gempa berkekuatan menengah itu berpusat di laut dengan kedalaman 50 kilometer dan berjarak 47 kilometer dari arah barat daya ibu kota Vanuatu di Port Vila di Pasifik.
Gempa yang terjadi sekitar pukul 08.47 WIB itu dipicu oleh aktivitas subduksi atau penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Pasifik.
Laju penunjaman aktivitas subduksi di Vanuatu itu berada pada angka 92 milimeter per tahun, hingga menimbulkan gempa dengan kombinasi mendatar.
“Berdasarkan pemantauan jenis gempa ini tergolong sebagai gempa dangkal yang dilaporkan menimbulkan tsunami. Namun tidak mempengaruhi wilayah Indonesia,” kata Daryono.
Menurut dia, Pacific Tsunami Warning Center (PTWC) yang berpusat di Hawaii memberikan informasi bahwa gempa tersebut menimbulkan tsunami lokal dengan ketinggian 0,25 meter di Tide Gauge Port-Vila pada pukul 09.07 WIB.
Lalu, tercatat ketinggian 0,19 meter di Tide Gauge Lennakel pada pukul 09.23 WIB, dan ketinggian 0,13 meter di Tide Gauge Luganville pada pukul 09.27 WIB.