MindNews – Donald Trump berhasil meraih kembali kemenangan dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024. Mantan Presiden ini berhasil mengalahkan pesaing utamanya, Kamala Harris, dalam kontestasi yang penuh ketegangan dan dinamika politik yang sengit.
Menurut hasil penghitungan cepat oleh The New York Times, ia memperoleh 70.700.924 suara populer, sementara calon dari Partai Demokrat, Kamala Harris, mengumpulkan 65.846.569 suara.
Dalam hal suara elektoral, Trump meraih 277 suara dari total 538 suara elektoral, sedangkan Harris hanya mendapatkan 224 suara elektoral.
Dalam sistem pemilihan presiden AS, calon yang memperoleh minimal 270 suara elektoral akan keluar sebagai pemenang. Dengan demikian, seorang calon presiden bisa saja menang meski kalah dalam perolehan suara populer (popular vote).
Dengan hasil ini, Trump berhasil memenangkan Pilpres AS 2024 dengan meraih suara populer dan suara elektoral terbanyak. Hasil tersebut menjadikannya sebagai presiden terpilih AS.
Meskipun ia telah terumumkan sebagai pemenang Pilpres AS 2024, tahapan pemilihan masih akan berlanjut ke proses dewan elektoral pada 17 Desember. Hasil pemilu AS akan secara resmi keluar oleh Senat pada 25 Desember.
Trump dijadwalkan akan dilantik sebagai Presiden AS ke-47 pada 20 Januari 2025.
Trump di masa lalu
Ketika Trump pertama kali mencalonkan diri sebagai calon presiden AS pada 2015, banyak yang meragukan kemampuannya untuk menang.
Saat itu, ia tidak menguasai mesin politik Partai Republik, tidak memiliki platform politik yang jelas, dan harus bergerak dengan sumber daya yang terbatas.
Dengan slogan “Make America Great Again”, ia mengajukan sejumlah kebijakan utama, termasuk membangun tembok di perbatasan dan melarang umat Muslim masuk ke AS.
Setelah secara mengejutkan memenangkan Pemilu 2016, Trump berusaha mengimplementasikan visinya menjadi kebijakan nyata, meskipun hasilnya tidak selalu sesuai harapan.
Sekarang, banyak pengamat yang percaya ia akan melanjutkan agenda-agenda yang belum tercapai selama masa jabatan pertamanya yang berakhir pada 2020.
Salah satu proyek yang belum tuntas adalah penutupan perbatasan selatan AS. Selama masa jabatannya, ia gagal mendapatkan persetujuan Kongres untuk pendanaan pembangunan tembok. Kini, tampaknya ia berniat untuk menepati janji kampanyenya dan menyelesaikan proyek tembok perbatasan tersebut.